01 April 2020

Senyum, Ikon Industri Jasa Indonesia

Keramahtamahan pekerja Indonesia perlu diselaraskan dengan pemahaman standar etika internasional dalam bisnis jasa.

“ANDA seharusnya belajar tersenyum dari orang Asia,“ ujar President Director Tauzia Hotel Management Marc Steinmeyer dalam acara Hospitality Investment World (HIV) di Grand Hyatt, Jakarta, Senin (28/4). Para hadirin yang kebanyakan investor atau operator asing pun tergelitik dengan pernyataan pendiri pengelola jaringan Hotel Harris tersebut.

Bagaimana tidak? Keramahtamahan memang telah menjadi poin penting dalam mengembangkan bisnis jasa, khususnya perhotelan.

Meski tidak punya dukungan data cukup, Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Wiryanti Sukamdani pede mengatakan bahwa Asia, khususnya Indonesia, sangat terkenal dengan keramahtamahannya dalam melayani tamu bak raja.

Namun, bagi Managing Director PHM Hospitality Kristian Kuntadi, keramahtamahan pekerja Indonesia perlu diselaraskan dengan pemahaman standar etika internasional dalam bisnis jasa.

Ada beberapa sikap yang menurutnya perlu dipelajari terutama dari segi perbedaan budaya.
“Saya setuju dengan Marc, tapi masih ada beberapa yang perlu diperbaiki. Umpama, kalau ada orang bule yang ajak ngomong, jangan sampai waiters atau waitress itu menunduk.

Karena, buat orang bule, kalau ada orang bicara tidak melihat mata, itu enggak sopan. Kalau di luar begitu, langsung digampar,“ cetus Kristian.

Branding bagi industri jasa perhotelan juga tak hanya terbatas pada keramahtamahan, tapi dapat juga dilihat dari kuliner yang disajikan.

Menurut Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Firmansyah Rahim, kuliner merupakan salah satu identitas bangsa agar dikenal seantero jagat.
“Kita jangan mau kalah dengan Thailand yang restorannya sudah menjamur di mana-mana. Ada juga Vietnam yang menyusul sekarang ini,“ tutur Firman.

Nilai etnik juga mengundang atensi pemerintah. Salah satunya ialah spa. Ada rencana untuk mengeluarkan spa tradisional yang khas Indonesia. “India punya ayuverda, Jepang punya shiatsu, kita jangan kalah.“ (Ire/E-2) Media Indonesia, 30/04/2014, hal : 18 

19 Maret 2020

Antrean Mobil Mengular di Gilimanuk

Jembatan Comal di Pemalang sudah dibuka untuk umum. Konsentrasi di jalur tengah dan selatan mulai berkurang. ADA H-4 Idul Fitri, arus mudik ke Jawa di Pelabuhan Gilimanuk , Bali, semakin melonjak. Bahkan jumlah mobil pribadi antre mengular hingga mencapai 1 kilometer.

“Ya, antreannya ada sampai sekitar 1 kilometer di luar pelabuhan,” ujar Manajer PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan Pelabuhan Gilimanuk, Wahyudi Susianto, kemarin. Menurut Wahyudi, data yang tercatat jumlah mobil pribadi yang menyeberang ke Jawa hingga dini hari mencapai 5.800 unit. Angka ini melonjak sekitar 200 unit mobil dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan catatan hingga dini hari jumlah kendaraan pribadi yang menyeberang ke Jawa mencapai 5.800 lebih. Angka ini meningkat sekitar 200 unit dibandingkan perioe yang sama tahun lalu yang mencapai 5.600 unit mobil pribadi.

Sementara itu, jumlah kendaraan sepeda motor yang menyeberang pada H-4 juga melonjak dibandingkan hari-hari normal. Yakni mencapai 1.400 unit lebih, sedangkan pada hari biasa rata-rata berkisar 1.500-1.600 unit. Di Yogyakarta, Terminal Giwangan juga mulai dipadati pemudik sejak Rabu (23/7). Dari pantauan di Terminal Giwangan, jumlah penumpang terpantau mencapai 28.847 penumpang.

“Peningkatan jumlah penumpang terjadi pada Rabu (23/7) lalu,” kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Terminal Giwangan Yogyakarta Bekti Zunanta, kemarin. Pada hari-hari biasa jumlah penumpang di Terminal Giwangan hanya berkisar 10 ribu-15 ribu orang.

Di wilayah Banyumas, Jawa Tengah, memasuki H-4 Lebaran, sepeda motor dan mobil pribadi mendominasi jalur selatan baik dari arah Jakarta maupun Bandung. Sepeda motor yang melintas di jalur selatan Banyumas, meningkat 5 kali lipat atau 500% lebih jika dibandingkan dengan hari sebelumnya.

Berdasarkan pemantauan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Infomatika (Dishubkominfo) Banyumas, jumlah sepeda motor yang melintas pada H-4 mencapai 1.533 unit atau meningkat dari H-5 yang tercatat 348 unit per jam.

Adapun untuk mobil pribadi, yang rata-rata 100 kendaraan kini telah menjadi 300 lebih atau 3 kali lipat. Di Jawa Timur, membeludaknya peserta mudik gratis menggunakan kereta api, PT Kereta API Daops 8 Surabaya, kemarin, menambah kereta tambahan untuk mudik gratis.

“Kita menyiapkan rangkaian satu gerbong berkapasitas 100 tempat duduk dan 50 berdiri di setiap KA mudik gratis,” kata Manager Humas PT KAI Daop 8 Surabaya Sumarsono di Surabaya, kemarin. Jembatan Comal Pada bagian lain, perbaikan Jembatan Comal di Pemalang, Jawa Tengah, sudah selesai dan telah dibuka untuk umum, kemarin, mulai pukul 02.45 WIB. Hanya saja kendaraan yang boleh lewat harus di bawah 8 ton.

Kepala Bidang Lalu Lintas Jalan dan Kelaikan Kendaraan Dinas Perhubungan Komu nikasi dan Informasi Jateng Henggar Budi Anggoro mengatakan dengan telah dibukanya Jembatan Comal kemarin, konsentrasi di jalur selatan dan tengah mulai berkurang karena kendaraan menuju ke arah timur sudah dapat melintas.

Kendaraan pemudik, kata Henggar, yang sebelumnya melintas di jalur alternatif, jalur selatan dan jalur tengah kini telah beralih ke jalur utara. “Namun, untuk bus AKAP, truk barang, dan kendaraan bertonase di atas 8 ton tetap tidak boleh melintas di Jembatan Comal yang baru saja selesai pengaspalan pukul 01.00 WIB,” katanya.

Hingga kemarin siang kendaraan melintas di Jembatan Comal tersebut semakin meningkat. Akibatnya, giliran jalur utama pantura Brebes - Semarang mengalami ketersendatan di beberapa titik. Arus mudik yang masuk daerah Jawa Tengah melalui Kabupaten Brebes, juga mengalami peningkatan yang cukup signifi kan. (Tim/N-1) - Media Indonesia, 25 Juli 2014, Halaman 10